Oktober 3, 2018

KEDELAI DAN ASAM URAT/GOUT

Gout – yang lebih dikenal sebagai asam urat – adalah bentuk umum dari inflamasi atau peradangan arthritis yang merupakan hasil dari pengendapan kristal asam monosodium urat dalam jaringan dan cairan di dalam tubuh. Proses ini disebabkan oleh produksi yang berlebihan atau kurangnya ekskresi asam urat. Gejala-gejala gout meliputi serangan rasa sakit yang tiba-tiba pada satu atau lebih sendi, biasanya jempol kaki, dan sering disertai dengan kemerahan, bengkak, dan panas/hangat di sendi.

Diet memainkan peran penting dalam gout, yaitu dapat meningkatkan kejadian gout dan dapat juga mengurangi kemungkinan terjadinya serangan asam urat. Sangat disadari bahwa makanan yang kaya purin meningkatkan kadar asam urat karena asam urat merupakan produk sampingan dari metabolisme purin.

Secara tradisional, di Asia, persepsi umum yang ada adalah bahwa makanan kedelai meningkatkan risiko gout dan berpotensi memicu serangan akut pada individu dengan gout. Akan tetapi, penelitian mengenai dampak asupan makanan kedelai (soyfoods) dengan hiperurisemia dan asam urat relative sedikit, meskipun dalam beberapa tahun terakhir terdapat peningkatan prevalensi asam urat.

Studi terbaru yang menganalisis data secara gabungan pada 450 wanita pascamenopause menemukan bahwa konsumsi soyfoods jangka panjang tidak meningkatkan kadar asam urat. Dengan demikian, penelitian ini menyarankan bahwa konsumi soyfoods tidak perlu dibatasi oleh kekhawatiran akan terjadinya peningkatan kadar asam urat.

Sebuah studi epidemiologi di China yang menyelidiki hubungan antara asupan makanan tinggi purin dan protein dengan prevalensi hyperuricemia juga menunjukkan hubungan terbalik yang mendekati bermakna, yaitu semakin tinggi asupan maka semakin rendah prevalensi hiperurisemia.

Selain kedua studi tersebut diatas, review oleh Messina dkk juga menunjukkan bahwa baik data epidemiologis maupun data klinis tidak membenarkan bahwa asupan kedelai dikaitkan dengan sirkulasi kadar asam urat, hiperurisemia atau gout. Lebih lanjut, ada bukti bahwa soyfoods dapat membantu mengurangi risiko komorbiditas (penyakit ikutan) yang terkait dengan hiperurisemia dan asam urat.

Anjuran yang tidak didasarkan pada bukti ilmiah dapat mengakibatkan pembatasan diet yang berbahaya dan tidak perlu, seperti pembatasan soyfoods. Soyfoods merupakan sumber protein yang berkualitas baik. Selain itu, konsumsi kedelai telah dilaporkan terkait dengan risiko yang lebih rendah penyakit kardiovaskular, osteoporosis dan bahkan kanker jenis tertentu.

Sumber rujukan:

  1. Liu ZM, Ho CS, Chen YM, Woo J. Can soy intake affect serum uric acid level? Pooled analysisfrom two 6- months randomized controlled trials among Chinese postmenopausal women with prediabetes or prehypertension. Eur J Nutr. 2014.
  2. Messina M, Messina VL, Chan P. Soyfoods, hyperuricemia and gout: a review of the epidemiologic and clinical data. Asia Pac J Clin Nutr. 2011; 20(3): 347-358.
  3. Villegas R, Xiang YB, Elasy T, Xy WH, Cai H, Cai Q, Linton MF, Fazio S, Zheng W, Shu XO. Purine- rich foods, protein intake, and the prevalence of hyperuricemia: the Shanghai Men’s Health Study. Nutr Metab Cardiovasc Dis. 2012; 22(5): 409-416.

Leave a Comment

Your email address will not be published.